Sabtu, 04 Mei 2013

Sabar - 3

Dari Aisyah ra., ia bertanya kepada Rasulullah SAW tentang wabah penyakit yang tersebar di seluruh negeri. Kemudian beliau memberitahu, bahwa wabah itu merupakan siksaan yang ditimpakan oleh Allah Ta'ala kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, namun Allah Ta'ala menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman, maka seseorang yang tetap tinggal pada suatu daerah yang kejangkitan wabah dan ia sabar serta hanya memohon kepada Allah kemudian sadar bahwa ia tidak akan tertimpa wabah kecuali Allah akan menakdirkannya, maka ia mendapat pahala seperti pahalanya orang yang mati syahid. (HR. Bukhari no.5734)


Dari Anas ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: ’Apabila aku menguji salah seorang hamba-Ku dengan kebutaan pada kedua matanya kemudian ia sabar, maka Aku akan menggantikannya dengan surga’.” (HR. Bukhari no.5653)

Dari Atha’ bin Abi Rabah, ia berkata:
Ibnu Abbas ra. Berkata kepadaku: “Maukah aku tunjukkan seorang wanita yang termasuk ahli surga?” Aku menjawab tentu saja aku mau. Ia berkata: “Ada wanita berkulit hitam yang pernah datang kepada Nabi SAW, waktu itu berkata: ‘Sesungguhnya aku mempunyai penyakit ayan, dan auratku terbuka karenanya; oleh karena itu mohonkanlah kepada Allah agar penyakit aku sembuh.’ Beliau kemudian bersabda: ‘Apabila kamu mau sabar maka kamu akan masuk surga, dan apabila kamu tetap meminta maka aku pun akan berdoa kepada Allah agar kamu sembuh dari penyakitmu.’ Wanita itu menjawab: ‘Kalau begitu aku akan bersabar.’ Kemudian wanita itu berkata lagi: ‘Sesungguhnya auratku terbuka, oleh karena itu, mohonkanlah kepada Allah agar auratku tidak terbuka.’ Maka Nabi pun berdoa untuknya agar auratnya tidak terbuka” (HR. Bukhari no.5652 dan Muslim no.IV/1994)

Dari Abi Abdurrahman bin Abdillah bin Mas’ud ra., ia berkata:
Seakan-akan aku masih melihat Rasulullah SAW, sewaktu menceritakan salah seorang dari para Nabi ketika dipukuli kaumnya sehingga berlumuran darah, dan ia mengusap darah dari mukanya sambil berdoa: “Ya Allah, ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR. Bukhari  no.3477 dan Muslim no.1792)

Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, ia bersabda:
“Seorang muslim yang tertimpa kecelakaan, kemelaratan, kegundahan, kesedihan, kesakitan, maupun kedukacitaan, sampai ia tertusuk duri niscaya Allah akan mengampuni dosanya sesuai apa yang menimpanya.” (HR. Bukhari no. 5642 dan Muslim no.2573)

Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata:
Aku masuk ke tempat Nabi SAW, waktu itu beliau sedang sakit panas. Kemudian aku berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau benar-benar menderita sakit yang sangat panas.” Beliau memberitahukan: “Benar, sakit panas yang aku derita ini dua kali lipat lebih panas dari yang biasa diderita kalian.” Aku bertanya: “Kalau begitu engkau mendapat pahala dua kali lipat?” Beliau menjawab: “Benar, memang demikianlah keadaannya. Seorang muslim yang tertimpa suatu kesakitan, baik itu tertusuk duri maupun lebih dari itu, niscaya Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya dan menghapus dosa-dosanya sebagaimana daun-daun yang berguguran dari pohon.” (HR. Bukhari no.5648 dan Muslim no.2571)

Dari Anas ra., ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah salah seorang dari kalian menginginkan mati karena tertimpa kesulitan. Seandainya terpaksa harus berbuat demikian, maka ucapkanlah: ‘Ya Allah, biarkanlah aku hidup apabila hidup lebih baik bagiku, dan matikanlah aku apabila mati itu lebih baik bagiku.’” (HR. Bukhari no.5671 dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang dikehendaki Allah menjadi orang baik, maka diberikan cobaan kepadanya.” (HR. Bukhari no.5648)

Dari Abu Abdillah Khabbab bin Art, ia berkata:
Kami mengadu kepada Rasulullah SAW. Saat beliau sedang menggunakan sorbannya untuk alas di bawah lindungan Ka’bah. Kami bertanya: “Apakah engkau tidak memintakan pertolongan buat kami? Apakah engkau tidak mendoakan kami?” Beliau menjawab: “Orang-orang sebelum kalian, ada yang ditanam hidup-hidup, digergaji dari atas kepalanya sehingga tubuhnya terbelah dua dan ada pula seseorang yang disisir dengan sisir besi sehingga mengenai daging kepalanya, yang demikian itu tidak menggoyahkan agama mereka. Demi Allah, Allah pasti akan mengembangkan agama Islam ini hingga merata si Shan’a sampai ke Hadramaut dan masing-masing dari mereka tidak takut melainkan hanya kepada Allah, melebihi takutnya kambing terhadap serigala. Tetapi kalian sangat tergesa-gesa.” (HR. Bukhari no.3612)
Dalam satu riwayat disebutkan: “Beliau sedang berbantalkan sorbannya sedangkan kami baru saja bertemu dengan orang-orang musyrik yang menyiksa kami dengan siksaan yang sangat berat.”

Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata:
“Setelah perang Hunain Rasulullah SAW mendahulukan orang-orang yang terkemuka di dalam membagi rampasan perang. Beliau memberikan masing-masing seratus unta kepada Al-Aqra’ bin Habis dan kepada ‘Uyainah bin Hishn. Dalam pembagian rampasan perang pada beberapa hari itu, yang didahulukan oleh beliau beberapa pemuka Arab. Ada seorang pria yang berkata: ”Demi Allah, sesungguhnya pembagian rampasan perang ini tidak adil dan nampaknya semata-mata bukan karena Allah.” Maka aku berkata: “Demi Allah, aku akan menyampaikan hal ini kepada Rasulullah SAW.”
Kemudian aku datang kepada beliau dan menceritakan apa yang dikatakan oleh pria tadi. Tiba-tiba berubahlah wajah beliau menjadi marah, kemudian bersabda: “Siapakah yang adil bila Allah dan Rasul-Nya dianggap tidak adil?” Beliau bersabda lagi: “Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat kepada Nabi Musa karena beliau telah disakiti hatinya melebihi diriku, namun beliau tetap sabar.” Aku berkata: “Tidak apa-apa, aku tidak menyampaikan berita semacam itu lagi kepada beliau sesudah peristiwa itu.” (HR. Bukhari no.3150 dan Muslim no1062)

Dari Anas ra., ia berkata:

Rasulullah SAW bersabda: “Apabila Allah menghendaki hamba-Nya menjadi orang yang baik, maka ia menyegerakan siksaannya di dunia, dan apabila Allah menghendaki hamba-Nya menjadi orang jahat, maka ia menangguhkan balasan dosanya sehingga Allah akan menuntutnya pada hari kiamat.” Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian. Apabila Allah Ta’ala mencintai suatu bangsa, maka Allah akan menguji mereka. Sehingga siapa saja yang ridha, maka Allah akan meridhainya dan siapa saja yang murka, maka Allah akan memurkainya.” (HR. Tirmidzi no.2396)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar