Jumat, 03 Mei 2013

2- Taubat - يَتُوبُ اللهُ

Dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin Sinan al-Khudriy ra., Nabi SAW bersabda:
“Sebelum kalian, ada seorang pria membunuh 99 orang. Kemudian ia bertanya kepada penduduk sekitar tentang seorang yang alim, maka ia ditunjukkan kepada seorang rahib. Setelah mendatanginya, ia menceritakan bahwa ia telah membunuh 99 orang, kemudian ia bertanya: “Apakah aku bisa bertaubat?” Ternyata pendeta itu menjawab: “Tidak” Maka pendeta itupun dibunuh sehingga genaplah jumahnya seratus.
Kemudian ia bertanya lagi kepada seorang yang paling pandai di atas bumi ini. Ia ditunjukkan kepada seorang pria alim. Setelah menghadap, ia bercerita bahwa dirinya telah membunuh seratus jiwa, dan bertanya: “Bisakah aku bertaubat?” Orang alim itu menjawab: “Ya, siapakah yang akan menghalangi orang bertaubat? Pergilah kamu ke sebuah kota sebab di sana terdapat orang-orang yang menyembah Allah Ta’ala. Beribadahlah kepada Allah bersama mereka dan jangan kembali ke kotamu. Karena kotamu kota yang jelek!” Lelaki itupun berangkat, ketika menempuh sebagian perjalanan maut menghampirinya. Kemudian timbullah perselisihan antara malaikat Rahmat dan malaikat Azab, siapakah yang lebih berhak membawa rohnya. Malaikat Rahmat beralasan bahwa: “Orang ini datang dalam keadaan bertaubat, lagi pula menghadapkan hatinya kepada Allah.” Sedangkan malaikat Azab (bertugas menyiksa hamba Allah yang berdosa) beralasan: “Orang ini tidak pernah melakukan amal baik.” Kemudian Allah SWT mengutus malaikat yang menyerupai manusia mendatangi keduanya untuk menyelesaikan masalah itu dan berkata: “Ukurlah jarak kota tempat ia meninggal antara kota asal dan kota tujuan, manakahh yang lebih dekat, maka itulah bagiannya.” Para malaikat itu lalu mengukur, ternyata mereka mendapati si pembunuh meninggal dekat kota tujuan, maka malaikat Rahmatlah yang berhak membawa roh orang tersebut.” (HR. Bukhari no.3470 dan Muslim no.2766)

Dari Abu Nujaid Imran bin Al-Husain Al-Khuza’iy ra., ia berkata:
Ada seorang wanita dari Juhainah datang kepada Rasulullah SAW, sedangkan ia sedang hamil karena berzina dan berkata:
“Ya Rasulullah, aku telah melakukan kesalahan, dan aku harus dihukum, maka laksanakanlah hukuman itu pada diriku.” Kemudian Nabi SAW memanggil walinya seraya bersabda: “Perlakukanlah baik-baik wanita ini, apabila sudah melahirkan, bawalah kemari.” Maka dilaksanakan perintah itu oleh walinya. Kemudian setelah wanita itu melahirkan, dibawalah kehadapan Rasulullah SAW. Beliau lalu memerintahkan untuk merajam wanita itu. Setelah ia mati, maka Rasulullah SAW menyalatkannya. Namun Umar berkata kepada beliau: “Ya Rasulullah, mengapa engkau menyalatkan wanita itu, padahal ia telah berzina?” Beliau menjawab: “Wanita itu benar-benar bertaubat, dan seandainya taubatnya dibagi kepada tujuh puluh penduduk Madinah, niscaya masih cukup. Pernahkah kamu mendapatkan orang yang lebih utama daripada seseorang yang telah menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah Yang Maha Mulia lagi Maha agung?” (HR. Muslim no.1969)

Dari Ibnu Abbas dan Anas bin Malik ra.,
Rasulullah SAW bersabda:
Seandainya seorang mempunyai satu lembah dari emas, niscaya ia ingin mempunyai dua lembah, dan tidak akan merasa puas kecuali tanah sudah memenuhi mulutnya dan Allah senantiasa menerima taubat orang yang bertaubat.” (HR. Bukhari no.6439 dan Muslim no.1048)

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda:
Allah gembira manakala ada dua orang yang saling membunuh dan keduanya masuk surga. Pertama, seseorang yang mati berjuang di jalan Allah. Yang kedua, orang yang membunuh itu bertaubat kepada Allah, kemudian masuk Islam dan terbunuh di Jalan Allah (mati syahid).” (HR. Bukhari no.2826 dan Muslim no.1890)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar