Minggu, 05 Mei 2013

Jujur - Memberikan Ketenangan

Allah SWT berfirman, yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (At-Taubah:119)

“Laki-laki dan perempuan yang benar.” (Al-Ahzab:35)

“Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yag demikian itu lebih baik bagi mereka.” (Muhammad:21)


Dari Ibnu Mas’ud ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari no.6094 dan Muslim no.1743)

Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra., ia berkata:
Aku menghafal beberapa kalimat dari Rasulullah SAW, yaitu : “Tinggalkanlah apa yang kamu ragukan dan kerjakanlah apa yang tidak kamu ragukan. Sesungguhnya jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu menimbulkan kebimbangan.” (HR. Tirmidzi no.25)

Dari Abu Sufyan Shahr bin Harb ra., di dalam hadistnya yang panjang tentang cerita pertanyaan Heraklius kepadanya: “Apa saja yang diperintahkan oleh Nabi SAW kepada kamu?” Abu Sufyan berkata: “Nabi SAW bersabda: ‘Sembahlah Allah Yang Maha Esa dan janganlah engkau menyekutukan apapun dengan-Nya, tinggalkanlah ajaran-ajaran nenek moyangmu.’ Beliau juga menyuruh kami untuk melaksanakan sholat, jujur, pemaaf dan menghubungkan sanak kerabat.” (HR. Bukhari no.7 dan Muslim no.1773)

Dari Abu Tsabit, (Abu Sa’id atau Abul Walid Sahl bin Hunaif), ia adalah orang yang ikut perang Badar. Menurut beliau, Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang benar-benar mohon untuk mati syahid kepada Allah Ta’ala niscaya Allah akan mengabulkan ke tingkat orang yang mati syahid walaupun ia mati di atas tempat tidur.” (HR. Muslim no.1909)

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Ada salah seorang diantara para nabi sewaktu akan berangkat perang, ia berpesan kepada kaumnya: ‘Janganlah mengikuti kami, yaitu orang yang baru kawin, sedangkan ia belum berkumpul dengan isterinya. Orang membangun rumah, sedangkan ia belum selesai membangunnya. Dan janganlah mengikuti kami orang yang baru membeli kambing atau unta, dan ia menunggu kelahiran anaknya.’ Kemudian Nabi berangkat berperang dan ketika mendekati sebuah dusun kira-kira menjelang Nabi itu berkata kepada Matahari: ‘Wahai Matahari, sesungguhnya kamu diperintah dan aku pun diperintah. Ya Allah, tahanlah ia untuk membantu kami.’ Maka tertahanlah matahari itu, sehingga Allah memberi kemenangan kepada Nabi itu. Kemudian Nabi itu mengumpulkan barang-barang rampasan perang dan mendatangkan api untuk memakannya, namun api itu tidak mau memakannya. Oleh karenanya Nabi itu bersabda: ‘Sesungguhnya ada diantara kalian yang tidak ikhlas, maka setiap kelompok harus mengirimkan seorang pria untuk berbai’at kepadaku.’ Kemudian melekatlah tangan dua atau tiga orang dengan tangan Nabi, maka beliau bersabda: ‘Kalianlah yang tidak ikhlas.’ Orang-orang itu lalu membawa emas sebesar kepala sapi kemudian diletakkan di hadapan Nabi dan datanglah api, memakan emas tadi. Barang-barang rampasan perang belum dihalalkan bagi seseorang sebelum kami. Kemudian Allah melihat kelemahan kami, karena itu Allah menghalalkan barang rampasan itu bagi kami.” (HR. Bukhari no.3124 dan Muslim no.1747)

Dari Abu Khalid Hakim bin Hizam ra., ia masuk Islam sewaktu pembukaan kota Makkah, sedangkan ayahnya termasuk tokoh Quraisy, baik di zaman Jahiliyah maupun setelah masuk Islam, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Dua orang yang berjual beli itu haruslah bebas memilih sebelum mereka berpisah. Apabila keduanya jujur dan berterus terang di dalam berjual beli, maka keduanya akan mendapatkan berkah. Tetapi apabila keduanya menyembunyikan dan dusta, maka jual belinya itu tidak akan membawa berkah.” (HR. Bukhari no.2079 dan Muslim no.1747)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar