Minggu, 23 Juni 2013

Bersungguh-sungguh dalam mengabdi kepada Allah - Mujahadah

Allah SWT berfirman, yang artinya:
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar berserta orang-orang yang berbuat baik.” (Al-Ankabut:69)

“Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (Al-Hijr:99)

“Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan.” (Al-Muzammil:8)

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya.” (Al-Zalzalah:7)

“Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan paling besar pahalanya.” (Al-Muzzammil:20)

“Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” (Al-Baqarah:273)


Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman (dalam hadits qudsi-ed): ‘Barangsiapa yang memusuhi kekasih-Ku maka Aku nyatakan perang terhadapnya. Sesuatu yang paling Aku sukai yang dikerjakan oleh hamba-Ku untuk mendekatkan diri adalah ia mengerjakan apa yang Aku wajibkan kepadanya, dan tidak henti-hentinya mendekatkan diri dengan amalan-amalan sunnah, sehingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka Aku merupakan pendengaran yang ia gunakan, Aku merupakan penglihatan yang ia gunakan, Aku merupakan tangan yang ia gunakan untuk menyerang dan Aku merupakan kaki yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon kepada-Ku niscaya Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku niscaya Aku melindunginya.’” (HR. Bukhari no.6502)

Dari  Anas ra., dari Nabi SAW, beliau menceritakan yang difirmankan oleh Tuhan Yang Mahamulia lagi Mahaagung (dalam hadits qudsi -ed): “Apabila seseorang mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat sehasta, Apabila ia mendekatkan diri kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat sedepa. Dan, apabila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang dengan berlari.” (HR. Bukhari no.7536)

Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Ada dua nikmat dimana manusia banyak tertipu karenanya, yaitu kesehatan dan kesempatan.” (HR. Bukhari no.6412)

Dari Aisyah ra., ia berkata:
Sesungguhnya Nabi SAW selalu bangun untuk mengerjakan shalat malam sampai kedua kakinya bengkak. Aisyah bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa kamu berbuat demikian, sedangkan Allah telah mengampuni semua dosamu, baik yang telah lampau maupun yang akan datang?” Beliau menjawab: “Apakah tidak sepantasnya jika aku menjadi seorang hamba yang selalu bersyukur?” (HR. Bukhari no.4837 dan Muslim no.2820)

Dari Aisyah ra., ia berkata:
Rasulullah SAW apabila memasuki pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan beliau senantiasa beribadah pada malam hari dan membangunkan keluarganya dan beliau bersungguh-sungguh serta mengikat erat tali pinggangnya.” (HR. Bukhari no.2024 dan Muslim no.2820)

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:

Rasulullah SAW bersabda: “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada orang mukmin yang lemah. Masing-masing ada kebaikannya. Bersemangatlah untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirimu, serta mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah lemah! Kalau tertimpa sesuatu, janganlah kamu mengucapkan: ‘Seandainya aku berbuat begini tentu akan terjadi begini dan begitu,’ namun katakanlah: ‘Apa yang telah ditentukan Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan terjadi.’ Karena kata seandainya itu akan memberi jalan kepada setan.” (HR. Muslim no.2664)

Senin, 27 Mei 2013

Hadis - Saling Berlomba Dalam Berbuat Baik


Allah SWT berfirman, yang artinya:
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan.” (Al-Baqarah:148)

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dan Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.” (Ali-Imran:133)

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Bersegeralah kalian untuk mengerjakan amal-amal saleh, karena akan terjadi bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita, yaitu seseorang pada waktu pagi dia beriman namun pada waktu sore dia kafir, atau pada waktu sore dia beriman namun pada waktu paginya dia kafir. Dia rela menukar agamanya dengan sedikit keuntungan dunia.” (HR. Muslim no.118)

Dari Abu Sirwa’ah Uqbah bin Al-Harits ra., ia berkata: Aku shalat Ashar di belakang Nabi SAW ketika di Madinah. Setelah malam, beliau cepat-cepat bangkit melangkahi barisan para sahabat menuju kamar salah seorang isterinya. Para sahabat terkejut, karena beliau tergesa-gesa. Setelah itu Rasulullah keluar. Beliau heran melihat para sahabat yang terkejut itu, kemudian beliau bersabda: “Aku teringat sepotong emas dan aku tidak ingin terganggu karenanya maka aku menyuruh untuk membagi-baginya.”
Dalam riwayat yang lain disebutkan: “Aku meninggalkan sepotong emas yang harus kusedekahkan namun tertinggal di rumah, maka aku tidak ingin emas itu menginap di tempatku.” (HR. Bukhari no.851)

Dari Jabir ra., ia berkata:
Pada perang Uhud, ada seseorang yang bertanya kepada Nabi SAW: “Apakah engkau tahu dimanakah tempatku seandainya aku terbunuh?” Beliau menjawab: “Di dalam Surga.” Kemudian orang itu melemparkan biji-biji kurma yang ada di tangannya lalu dia maju perang sampai mati terbunuh.” (HR. Bukhari no.4046 dan Muslim no.1899)

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
Ada seseorang yang datang kepada Nabi SAW bertanya: “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling besar pahalanya?” Beliau menjawab: “Bersedekahlah selama kamu masih sehat, suka harta, takut miskin dan masih berkeinginan kaya. Dan janganlah kamu menunda-nunda. Karena, apabila nyawa sudah sampai di kerongkongan, maka kamu baru berkata: ‘Untuk fulan sekian dan untuk fulan sekian, padahal harta itu sudah menjadi hak si fulan (ahli warisnya)’.” (HR. Bukhari no.1419 dan Muslim no.1032)

Dari Anas ra., ia berkata:
Ketika perang Uhud Rasulullah SAW mengambil pedang seraya bersabda: “Siapakah yang bersedia menerima pedang ini?” Maka setiap orang mengulurkan tangannya seraya berkata: “Aku, aku.” Beliau bersabda lagi: “Siapakah yang bersedia menerimanya dengan penuh tanggung jawab?” Maka semua orang terdiam, kemudian Abu Dujanah ra. Berkata: “Aku akan menerimanya dengan penuh tanggung jawab.” Maka pedang itu diberikan kepada Abu Dujanah. Oleh Abu Dujanah digunakan untuk memenggal leher orang-orang musyrik. (HR. Muslim no.2470)

Dari Zubair bin Adiy., ia berkata:
Kami mendatangi Anas ra., dan mengadukan penderitaan yang kami alami dari kekejaman Al-Hajjaj, kemudian Anas menjawab: “Sabarlah kamu semua, sesungguhnya akan datang suatu masa di mana penderitaan lebih berat lagi, sehingga kamu semua bertemu dengan Tuhanmu (meninggal dunia). Aku mendengar hal itu dari Nabi SAW.” (HR. Bukhari no.7068)

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: “Bersegeralah kalian untuk beramal sebelum datangnya tujuh perkara. Apakah kamu harus menantikan kemiskinan yang dapat melupakan, kekayaan yang dapat menimbulkan kesombongan, sakit yang dapat mengendorkan, tua renta yang dapat melemahkan, mati yang dapat menyudahi segala-galanya, atau menunggu datangnya Dajjal, padahal ia adalah sejelek-jelek sesuatu yang ditunggu, atau menunggu datangnya kiamat, padahal kiamat adalah sesuatu yang amat berat dan amat menakutkan.” (HR. Tirmidzi no.2306)

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
Sesungguhnya Rasulullah SAW ketika perang Khaibar bersabda: “Aku benar-benar akan menyerahkan panji ini kepada seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan Allah akan memberikan kemenangan melalui tangannya.” Umar ra. Berkata: “Aku tidak pernah bersemangat untuk menjadi pemimpin kecuali hari ini. Maka aku berusaha menampakkan diri dengan harapan supaya dipanggil oleh Nabi.” Ternyata Rasulullah SAW memanggil Ali bin Abi Thalib dan menyerahkan panji itu kepadanya, seraya bersabda: “Majulah ke depan dan janganlah kamu menoleh ke belakang sebelum Allah memberi kemenangan kepadamu.” Kemudian Ali melangkah beberapa langkah lalu berhenti namun tidak menoleh ke belakang dan berteriak: “Wahai Rasulullah, siapakah yang harus aku perangi?” Beliau menjawab: “Perangilah mereka, sehingga mereka mau bersaksi, bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah dan sesunggunya Muhammad adalah utusan Allah. Apabila mereka telah bersaksi, berarti terpelihara harta dan darah mereka kecuali dengan haknya, adapun mengenai perhitungan amal mereka terserah pada Allah.” (HR. Muslim no.2405)

Minggu, 26 Mei 2013

Tips Istiqamah


Berpikir tentang makhluk Allah yang Paling Agung, kehancuran dunia, huru-hara akhirat dan semua urusannya agar mendidik jiwa untuk selalu istiqamah.

Allah SWT berfirman, yang artinya:
“Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan.” (Saba:46)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.’” (Ali Imran:190-191)

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.” (Al-Ghasyiyah:17-21)

“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memperhatikan.” (Muhammad:10)

Jumat, 24 Mei 2013

Hadis Tentang Istiqamah


Allah SWT berfirman, yang artinya:
“Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu.” (Huud:112)

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: ‘Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’ Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Fushshilat: 30-32)

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka tetap istiqomah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.” (Al-Ahqaf: 13-14)

Dari Abu ‘Amr, alias Abu Amrah Sufyan bin Abdullah ra., ia berkata: Aku berkata kepada Rasulullah SAW: “Wahai Rasulullah, ajarkanlah kepadaku suatu ucapan yang mengandung ajaran Islam dan aku tidak akan bisa menanyakan kepada orang selain engkau!” Beliau menjawab: “Katakanlah, aku beriman kepada Allah, kemudian berpegang teguhlah kamu dalam pendirian itu.” (HR. Muslim no.38)

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Biasakanlah kalian mendekatkan diri kepada Allah dan berpegang teguhlah pada keyakinan kalian. Ketahuilah, tidak ada seorang pun di antara kalian yang selamat karena amal perbuatannya.” Para sahabat bertanya: “Tidak juga engkau wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Tidak juga aku, kecuali jika Allah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya.” (HR. Bukhari no.5673 dan Muslim no.2816)

Muqorabah berarti tidak dilebih-lebihkan dan juga tidak dikurang-kurangi. Sadad adalah bersikap istiqomah. Para ulama berkata, makna istiqamah adalah konsisten dalam menjalani ketaatan kepada Allah. Kata ini merupakan kata yang memiliki banyak arti dari segala sesuatu. 

Hadis Tentang Yakin dan Tawakkal


Dari Abu Bakar Ash-Shidiq ra., Abdullah bin utsman bin Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib Al-Quraisy At-Taimiy ra., ia, ayah dan ibunya termasuk sahabat Nabi, ia berkata:
“Tatkala kami berada di gua Tsur, aku melihat kaki-kai orang musyrik berada di atas kepala kami, kemudian aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, seandainya salah seorang diantara mereka melihat ke bawah telapak kakinya dia pasti akan melihat kita.’ Beliau menjawab: ‘Wahai Abu Bakar, apakah yang kamu cemaskan terhadap dua orang sedangkan Allah ketiganya?’” (HR. Bukhari no.3653 dan Muslim no.2381)

Dari Ummul Mukminin Ummu Salamah, nama sebenarnya adalah Hindun binti  Abu Umayyah Hudzaifah Al-Makhzumiyah ra., ia berkata: Sesungguhnya Nabi SAW jika keluar dari rumahnya, beliau berdoa: “BISMILLAAHI TAWAKKALTU ‘ALALLAAH. ALLAHUMMA INNI A’UUDZU BIKA ‘AN ADHILLA AU UDHALLA WA ‘AZILLA AU UZALLA AU ADZLIMA AU AUDZLAMA AU AJHALA AU YUJHALA ‘ALAYYA. (Dengan menyebut nama Allah aku bertawakkal kepada Allah. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung diri kepada-Mu dari sesuatu yang menyesatkan, dari sesuatu yang menggelincirkan atau digelincirkan dari sesuatu yang menganiaya atau teraniaya, atau dari sesuatu yang membodohkan atau diperbodohkan.)” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan yang lain dengan sanad yang sahih)

Dari Anas ra., ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang keluar dari rumahnya membaca: BISMILLAHI TAWAKKALTU ‘ALALLAAHI WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH (Dengan menyebut nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah), maka dikatakan kepadanya: ‘Kamu telah mendapat petunjuk, kamu telah dijamin, kamu dipelihara dan dijauhkan dari setan’.” (HR. Abu Daud no.5095 dan Tirmidzi no.3426, Nasa’i dan yang lain)

Dari Anas ra., ia berkata:
Di masa Nabi SAW ada dua orang yang bersaudara, yang satu suka datang kepada Nabi SAW dan yang lain rajin berusaha. Kemudian orang yang rajin mengadu kepada Nabi SAW tentang keadaan saudaranya itu, lantas beliau bersabda: “Barangkali kamu mendapatkan rezeki karena saudaramu.” (HR. Tirmidzi no.2345)

Kamis, 23 Mei 2013

Siapa Yang Mengetahui Kapan Tanggal KEMATIAN nya!!! Apa Bekal untuk menghadapi MATI nya???


Banyak orang yang mengaku mengetahui tentang hal-hal ghaib, dapat melihat apa yang akan terjadi di masa yang akan datang bahkan meramal hari kiamat, apabila benar ilmu mereka, dapatkah mereka meramal kapan dirinya sendiri MATI!!! Siapa tuhan mereka? Padahal sudah jelas bahwa hanya Allah yang mengetahui semua yang ghaib dan semuanya telah tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).
Allah SWT berfirman, yang artinya:
“Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (Al-An’aam:59)

Siapa yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut??? Apakah tuhanmu selain Allah?, apakah berhala-berhalamu?, apakah dukunmu?, apakah hartamu?, apakah anakmu?, apakah wanitamu? Apa yang dapat kamu sombongkan dari dirimu apabila bencana sudah datang?
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya:
“Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan rendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan: "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur"." (Al-An’aam:63)

Setelah selamat dari kesusahan dan bencana lalu apa yang kita perbuat? Bersyukur kepada Allah atau bersyukur kepada manusia, benda atau binatang kesayangan (mempersekutukan Allah SWT)?
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya:
Katakanlah: "Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukan-Nya." (Al-An’aam:64)

Azab yang datang dari atas seperti hujan batu, petir dan lain lain. Yang datang dari bawah seperti gempa bumi, banjir dan sebagainya.
Allah SWT berfirman, yang artinya:
Katakanlah: " Dialah yang berkuasa untuk mengirimkan azab kepadamu, dari atas kamu atau dari bawah kakimu atau Dia mencampurkan kamu dalam golongan-golongan (yang saling bertentangan) dan merasakan kepada sebahagian kamu keganasan sebahagian yang lain. Perhatikanlah, betapa Kami mendatangkan tanda-tanda kebesaran Kami silih berganti agar mereka memahami(nya)." (Al-An’aam:65)

Allah SWT berfirman, yang artinya:
Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). (Al-An’aam:68)

Rabu, 22 Mei 2013

Yakin dan Tawakkal Hanya Kepada Allah Ta'ala


Dari Jabir ra., ia berkata: Aku berperang Nabi SAW menuju ke arah Najd. Tatkala Rasulullah kembali kami pun ikut kembali. Di suatu lembah yang banyak pohon berduri, kami merasa payah dan mengantuk, Rasulullah SAW pun turun dan berpencar untuk berteduh di bawah pohon, kemudian beliau menggantungkan pedangnya, sedangkan kami semua tertidur. Tiba-tiba Rasulullah SAW memanggil kami, sedangkan di dekat beliau ada seorang Badui, kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya orang ini telah menghunus pedangku sewaktu aku tertidur, setelah aku terbangun pedang itu sedang terhunus di tangannya.” Lalu orang ini berkata: “Siapakah yang dapat mencegah kamu dari seranganku?” Aku menjawab: “Allah” (tiga kali). Kemudian orang itu tidak melakukan apa-apa dan langsung duduk. (HR. Bukhari no.2910  dan Muslim no.843)

Dari Umar ra., ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Andaikata kalian benar-benar bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung, yaitu keluar dengan perut kosong di pagi hari dan kembali dengan perut kenyang di sore hari.” (HR. Tirmidzi no.2344)

Dari Umarah Al-Barra’ bin ‘Azib ra., ia berkata:
“Rasulullah SAW bersabda: ‘Hai Fulan apabila kau hendak tidur maka bacalah: ALLAHUMMA ASLAMTUNAFSIIILAIKAWAWAJJAHTUWAJHII ILAIKA WAFAWWADTU AMRII ILAIKA WA ALJATU DHAHRII ILAIKA RAGHBATAN WARAHBATAN ILAIKA LAA MALJA’A WALAA MANJAA MINKA ILLAA ILAIKA AAMANTU BIKITAABIKAL LADZII ANZALTA WA NABIYYIKAL LADZII ARSALTA.’” (Ya Allah, aku menyerahkan diri kepada-Mu. Aku hadapkan wajahku kehadirat-Mu. Aku menyerahkan segala urusanku kepada-Mu dan aku menyandarkan punggungku kepada-Mu karena mengharap dan taku kepada-Mu. Tidak ada tempat kembali dan tidak ada tempat berlindung kecuali hanya kepada-Mu. Aku percaya dengan sepenuh hati terhadap Kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan terhadap Nabi-Mu yang telah Engkau utus).
Dengan membaca doa ini, apabila kalian mati pada malam itu, maka matinya dalam keadaan bersih dari dosa, dan jika kamu masih hidup sampai pagi harinya maka engkau mendapat kebaikan. (HR. Bukhari no.7488 dan Muslim no.2710)
Dalam riwayat lain yang juga diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Al-Barra’, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda kepadaku: “Jika kamu hendak tidur maka berwudhulah terlebih dahulu sebagaimana kamu wudhu akan sholat, kemudian berbaringlah pada pinggangmu yang sebelah kanan lalu bacalah doa seperti tersebut di atas.” Ia meneruskan hadis itu seperti hadis di atas, kemudian beliau bersabda: “Dan jadikanlah doa sebagai akhir (penghabisan) dari apa yang kamu ucapkan.”

Orang Yang Beriman dan Selalu Melakukan Perbaikan Tidak Merasa Khawatir dan Bersedih Hati Dalam Kehidupan


Firman Allah SWT
Al-Quran Surat Al-An’aam : 41-50

Allah menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepada Allah Ta’ala.
41. (Tidak), tetapi hanya Dialah yang kamu seru, maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepadaNya, jika Dia menghendaki, dan kamu tinggalkan sembahan-sembahan yang kamu sekutukan (dengan Allah).

Kesengsaraan dan kemelaratan yang ditimpakan adalah agar kita selalu memohon kepada Allah. Memohonlah kepada Allah Ta’ala dengan tunduk dan merendahkan diri (tidak keras hati dan tidak sombong)
42. Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.
43. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.

Jangan lupa dengan peringatan yang telah diberikan oleh Allah, Jangan lalai akibat kesenangan dan larut dalam kegembiraan yang karenanya kita lalai dalam ibadah.
44. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.
45. Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.

Apabila pendengaran, penglihatan dan hati sudah dicabut dan ditutup! Siapa yang dapat mengembalikannya selain Allah SWT.
46. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika Allah mencabut pendengaran dan penglihatan serta menutup hatimu, siapakah tuhan selain Allah yang kuasa mengembalikannya kepadamu?" Perhatikanlah bagaimana Kami berkali-kali memperlihatkan tanda-tanda kebesaran (Kami), kemudian mereka tetap berpaling (juga).
47. Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu dengan sekonyong-konyong, atau terang-terangan, maka adakah yang dibinasakan (Allah) selain dari orang yang zalim?"

Obat hati agar tidak merasa khawatir dan bersedih hati dalam kehidupan adalah beriman dan melakukan perbaikan sesuai apa yang disampaikan oleh Rasulullah.
48. Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberikan kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.
49. Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, mereka akan ditimpa siksa disebabkan mereka selalu berbuat fasik.

Rasulullah Muhammad SAW tidak mengetahui yang ghaib dan juga bukan seorang malaikat, semua yang diucapkan dan dilakukan sesuai dengan apa yang diwahyukan Allah SWT.
50. Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan(nya)?"

Selasa, 21 Mei 2013

Golongan Sesat dan Pendusta - Al-Quran (Al-An'aam:25-40)


Golongan orang-orang yang Allah Ta’ala tutup hati, telinga dan penglihatan mereka dari segala tanda kebenaran dan kebesaran Allah SWT.

Allah berfirman, yang artinya:

“Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan (bacaan)mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka (sehingga mereka tidak) memahaminya dan (Kami letakkan) sumbatan di telinganya. Dan jikapun mereka melihat segala tanda (kebenaran), mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: "Al-Quran ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu." (Al-An’aam:25)
“Dan mereka melarang (orang lain) mendengarkan Al-Quran dan mereka sendiri menjauhkan diri daripadanya, dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri, sedang mereka tidak menyadari”. (Al-An’aam:26)

Golongan orang-orang yang berharap dikembalikan ke dunia setelah mereka diperlihatkan Azab Neraka yang menyala-nyala.
“Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata: "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami, serta menjadi orang-orang yang beriman", (tentulah kamu melihat suatu peristiwa yang mengharukan)”. (Al-An’aam:27)
“Tetapi (sebenarnya) telah nyata bagi mereka kejahatan yang mereka dahulu selalu menyembunyikannya[466]. Sekiranya mereka dikembalikan ke dunia, tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta belaka”. (Al-An’aam:28)

Golongan orang yang berpikir hidup hanya di dunia saja dan tidak percaya dengan hari kebangkitan.
“Dan tentu mereka akan mengatakan (pula): "Hidup hanyalah kehidupan kita di dunia ini saja, dan kita sekali-sekali tidak akan dibangkitkan" (Al-An’aam:29)
“Dan seandainya kamu melihat ketika mereka dihadapkan kepada Tuhannya (tentulah kamu melihat peristiwa yang mengharukan). Berfirman Allah: "Bukankah (kebangkitan ini benar?" Mereka menjawab: "Sungguh benar, demi Tuhan kami." Berfirman Allah: "Karena itu rasakanlah azab ini, disebabkan kamu mengingkari(nya)." (Al-An’aam:30)

Golongan orang yang menyesal terhadap kelalaian mereka tentang hari Kiamat, padahal mereka sadar akan dosa-dosa yang mereka lakukan dan mereka akan memikul dosa itu sendiri di hari pembalasan. Sehingga atas dasar apa seseorang dapat yakin bahwa setelah melakukan dosa di dunia mereka tidak akan bertanggung jawab atas dosa mereka di akhirat apabila tidak bertaubat kepada Allah SWT.
“Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: "Alangkah besarnya penyesalan kami, terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!", sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amat buruklah apa yang mereka pikul itu”. (Al-An’aam:31)
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (Al-An’aam:32)
“Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah” (Al-An’aam:33)

Allah Ta’ala yang akan menolong hamba-hamba nya yang bersabar.
“Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Allah kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu”. (Al-An’aam:34)
“Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang jahil” (Al-An’aam:35)
“Hanya mereka yang mendengar sajalah yang mematuhi (seruan Allah), dan orang-orang yang mati (hatinya)[471], akan dibangkitkan oleh Allah, kemudian kepadaNyalah mereka dikembalikan”. (Al-An’aam:36)
“Dan mereka (orang-orang musyrik Mekah) berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu mukjizat dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya Allah kuasa menurunkan suatu mukjizat, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui." (Al-An’aam:37)

Nasib semua makhluk itu sudah dituliskan (ditetapkan) dalam Lauhul mahfudz
“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab[472], kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (Al-An’aam:38)

Golongan yang disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah.
“Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami adalah pekak, bisu dan berada dalam gelap gulita. Barangsiapa yang dikehendaki Allah (kesesatannya), niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah (untuk diberi-Nya petunjuk), niscaya Dia menjadikan-Nya berada di atas jalan yang lurus”. (Al-An’aam:39)

Tantangan kepada orang-orang yang merasa benar, yang selama di dunia mereka menyeru tuhan selain Allah. Dan di hari Kiamat kelak siapa yang akan mereka seru?
“Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang kepadamu hari kiamat, apakah kamu menyeru (tuhan) selain Allah; jika kamu orang-orang yang benar!" (Al-An’aam:40)


Rabu, 15 Mei 2013

Yakin dan Tawakkal - Allah cukup menjadi Penolong bagi kami...


Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata:
“Sesungguhnya Rasulullah SAW berdoa: ‘ALLAHUMMA LAKA ASLAMTU WABIKA AAMANTU WA’ALAIKA TAWAKKALTU WA ILAIKA ANABTU WABIKA KHAASHAMTU ALLAHUMMA A’UUDZUBI’IZZATIKA LAA ILAAHA ILLAA ANTA ANTUDHILLANI ANTAL HAYYUL LADZII LAA YAMUUTU WAL JINNU WAL INSU YAMUUTUUNA.’ (Ya Allah, hanya kepada-Mu aku percaya sepenuh hati, dan hanya kepada Engaku-lah aku kembali dan untuk-Mu lah aku berjuang. Ya Allah, aku berlindung dengan kemuliaan-Mu yang tiada Tuhan selain Engkau dan aku mohon agar Engkau tidak menyesatkan diriku. Engkau adalah Zat Yang Hidup yang tidak akan pernah mati, sedangkan jin dan manusia semuanya akan mati.).” (HR. Bukhari no.7383 dan Muslim no.2717)

Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata:
HASBUNALLAH WANIKMAL WAKIL, kalimat ini pernah dibaca oleh Nabi Ibrahim as. Ketika beliau dilemparkan ke dalam api, dan juga dibaca oleh Nabi Muhammad SAW ketika orang-orang kafir mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang Quraisy telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian. Oleh karena itu, takutlah kalian kepada mereka.” Akan tetapi perkataan itu malah menambah keimanan mereka serta mereka mengucapkan “HASBUNALLAHU WANIKMAL WAKIIL.” (HR. Bukhari no.4563) Pada riwayat Bukhari yang lain, bahwa Ibnu Abbas ra., berkata: “Kalimat terakhir yang diucapkan Nabi Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam api adalah ‘HASBUNALLAHU WANIKMAL WAKIIL’ (Allah cukup menjadi Penolong bagi kami, Allah adalah sebaik-baik pelindung).”

Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Akan masuk surga orang-orang yang mempunyai hati berpendirian seperti pendirian burung.” (HR. Muslim no. 2840)

Selasa, 14 Mei 2013

Yakin dan Tawakal


Allah SWT berfirman, yang artinya:
“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: ‘Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.’ Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.” (Al-Ahzab:22)

“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka’, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: ‘Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.’ Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Ali Imran: 173-174)

“Dan bertakwakallah kepada Allah Yang hidup (kekal) Yang tidak mati.” (Al-Furqan: 58)

“Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.” (Ibrahim: 11)

“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.” (Ali Imran: 159)

“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Ath-Thalaq: 3)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (Al-Anfal: 2)

Dari Ibnu ‘Abbas ra., ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: Ditampakkan kepadaku umat-umat terdahulu. Kulihat ada seorang Nabi yang disertai dengan rombongan kecil, ada pula Nabi yang disertai dengan satu dua orang saja, bahkan ada seorang Nabi yang tanpa pengikut seorangpun. Kemudian tampak satu rombongan besar yang aku sangka mereka adalah umatku, akan tetapi dikatakan kepadaku: “Ini adalah Musa dan kaumnya namun lihatlah ke ufuk sana.” Kemudian aku melihat ke ufuk itu. Tiba-tiba aku melihat satu rombongan yang besar lagi, kemudian dikatakan kepadaku: “Itulah umatmu yang didalamnya terdapat tujuh puluh ribu orang yang akan memasuki surga tanpa hisab dan tanpa disiksa lebih dahulu.” Beliau kemudian bangkit dan masuk ke dalam rumah. Orang-orang ramai membicarakan tentang orang-orang yang akan masuk surga tanpa dihisab dan disiksa. Salah seorang diantara mereka berkata: “Mungkin saja mereka adalah sahabat-sahabat Rasulullah SAW.” Dan adapula yang mengatakan “Mungkin saja mereka adalah orang-orang yang dilahirkan dalam keadaan Islam dan dia tidak menyekutukan Allah.” Dan mereka menafsirkan bermcam-macam. Kemudian Rasulullah SAW keluar dan bersabda kepada mereka: “Apa yang sedang kalian bicarakan?” Kemudian mereka menceritakannya, maka beliau bersabda: “Mereka itu adalah orang-orang yang tidak menjampi, dan mereka tidak pernah minta dijampi, mereka yang tidak meramal dan hanya kepada Tuhan sajalah mereka bertawakal.” Kemudian ‘Ukasyah bin Mihshan berkata: “Ya Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar aku termasuk golonga mereka.” Kemudian berdirilah orang lain sambil berkata: “Ya Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar aku termasuk golongan mereka.” Beliau menjawab: “Engkau telah didahuli oleh Ukasyah.” (HR. Bukharid no.5705 dan Muslim no.220)

Senin, 13 Mei 2013

Takwa - Janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam


Allah SWT berfirman, yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali Imran:102)

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu” (At-Taghabun:16)

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (Al-Ahzab:70)

“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” (Ath-Thalaq:2-3)

“Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (Al-Anfal:29)

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
Ada beberapa orang bertanya kepada Rasulullah SAW:
“Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling mulia?” Rasulullah SAW menjawab: “Orang yang paling bertakwa.” Para sahabat berkata: “Bukan itu yang kami tanyakan.” Rasulullah SAW bersabda: “Kalau begitu, Yusuf bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim.” Para sahabat berkata: “Bukan hal itu yang kami tanyakan.” Rasulullah SAW balik bertanya: “Apakah yang kalian tanyakan itu berkenaan dengan keturunan Arab yang baik? Kalau demikian, maka orang yang mulia adalah orang Arab yang paling baik budi pekertinya di zaman Jahiliyah dan baik pula budi pekertinya ketika Islam dan mereka memahami agama Islam.” (HR. Bukhari no.3353 dan Muslim no.2378)

Dari Abu Sa’id Al-Khudriy ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Sesungguhnya dunia itu manis dan indah dan sesungguhnya Allah mengusahakan kepada kalian untuk mengelola yang ada di dalamnya, kemudian Allah mengawasi apa yang kalian perbuat. Maka hati-hati lah kalian terhadap dunia dan wanita. Sesungguhnya bencana yang pertama kali timbul pada Bani Israil adalah karena wanita.” (HR. Muslim no.2742)

Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata: Nabi SAW sering berdoa: “ALLAHUMMA INNI AS ALUKAL HUDA WATTUQAA WAL’AFAAFAWALGHINA (Ya Allah, sungguh aku mohon kepada-Mu semoga Engkau berkenan memberikan petunjuk, ketakwaan, kehati-hatian dan perasaan cukup).” (HR. Muslim no.2721, Tirmidzi no.3489)

Dari Abu Tharif ‘Adiy bin Hatim Ath-Tha’i ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Barangsiapa yang bersumpah, kemudian dia beranggapan dengan sumpahnya itu dia telah bertakwa kepada Allah maka hendaklah dia melaksanakan sesuatu yang menunjang takwanya itu.” (HR. Muslim no.1651)

Dari Abu Umamah Shuday bin ‘Ajlan Al-Bahiliy ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah SAW berkhutbah pada haji Wada’: “Bertakwalah kalian kepada Allah, Sholatlah kalian lima kali sehari semalam, berpuasalah pada bulan Ramadhan, tunaikanlah zakat harta bendamu serta patuhlah kepada pemimpin-pemimpin kalian, maka kalian akan masuk surga.” (HR. Tirmidzi no.616)

Ingat Mati!!! - 2

Seorang bijak berkirim surat kepada seorang temannya, “Wahai temanku, waspadalah terhadap kematian di dunia ini sebelum kamu pergi ke suatu negeri dimana kamu sangat menginginkan kematian, namun keinginanmu itu tidak akan terpenuhi.”

Ketika mendengar kematian disebut-sebut di hadapan Ibnu Sirin, seluruh anggota tubuhnya terasa lumpuh.

Hampir setiap malam Umar bin Abdul Aziz berkumpul dengan para ulama ahli fiqih. Mereka biasanya saling mengingatkan tentang kematian, hari kiamat dan akhirat. Lalu mereka menangis bersama seakan-akan sedang menghadapi jenazah.

Ibrahim at-Taimi berkata, “Ada dua hal yang memutuskan aku dari kesenangan duniawi, yaitu ketika sedang mengingat kematian dan ketika sedang berdiri di hadapan Allah Ta’ala.”

Ka’ab mengatakan, “Barangsiapa yang sudah mengenali kematian, ia akan memandang remeh semua cobaan dunia.”

Mutharrif menuturkan, “Dalam tidur aku bermimpi seolah-olah ada orang yang berseru di tengah-tengah masjid Bashrah, ‘Hati orang-orang yang bertakwa menjadi hancur karena mengingat kematian. Demi Allah, anda akan selalu melihat mereka dalam keadaan nestapa.’”

Abu Asy’ats mengatakan, “Kami biasa menemui Al-Hasan. Ia selalu membicarakan tentang neraka, akhirat dan kematian.”

Shafiyah ra., berkata, “Seorang wanita mengadu kepada Aisyah ra. Soal hatinya yang keras. Aisyah lalu berkata, ‘Sering-seringlah mengingat kematian, supaya hatimu menjadi lembut.’ Setelah melakukan saran Aisyah tersebut, hati wanita itu menjadi lembut. Ia kembali menemui Aisyah untuk mengucapkan terima kasih.”

Setiap kali soal kematian disebut-sebut di hadapan Nabi Isa as., kulitnya langsung meneteskan darah.

Nabi Daud as. Selalu menangis seolah-olah seluruh sendinya terasa copot setiap kali disinggung-singgung tentang kematian dan hari kebangkitan. Tapi setiap kali disinggung-singgung tentang rahmat, keadaannya kembali seperti semula.

Al-Hasan mengatakan, “Aku tidak pernah melihat orang pintar yang tidak merasa takut atau sedih jika sedang memikirkan tentang kematian.”

Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkata kepada salah seorang ulama, “Tolong, nasihati aku.” Si ulama menjawab, “Anda bukan khalifah pertama yang akan mati kan?” Sang khalifah berkata, “Teruskan!”

Selasa, 07 Mei 2013

Muroqobah - Kisah Si belang, Si botak dan Si buta


Dari Abu Hurairah ra., ia mendengar Nabi SAW bersabda:

“Ada tiga orang Bani Israil yang mempunyai penyakit belang, botak dan buta. Kemudian Allah hendak menguji mereka. Malaikat itu datang kepada si belang dan bertanya: “Apakah yang paling kamu inginkan?” Si belang menjawab: “Aku menginginkan paras yang tampan dan kulit yang bagus serta hilang penyakitku yang menjadikan orang-orang jijik melihatku.” Malaikat itu kemudian mengusap Si belang, maka hilanglah penyakit yang menjijikannya, ia juga diberi paras yang tampan dan kulit yang bagus. Malaikat itu bertanya lagi: “Harta apakah yang paling kamu senangi?” Si belang menjawab: “Unta.” Ada yang mengatakan “Sapi”. Kemudian ia diberi unta yang sedang hamil sepuluh bulan, dan malaikat tadi berkata: “Semoga Allah memberi berkah atas rahmat yang kamu terima.” Kemudian malaikat mendatangi Si botak, dan bertanya: “Apakah yang paling kamu inginkan?”
Si botak menjawab: “Rambut yang rapi dan hilangnya penyakitku, yang menyebabkan orang-orang jijik kepadaku.” Malaikat itu lalu mengusap si botak dan hilanglah penyakitnya, serta tumbuhlah rambut yang rapi. Malaikat itu bertanya lagi: “Harta apakah yang paling kamu senangi?” Si botak menjawab: “Sapi.” Malaikat pun memberinya sapi yang sedang hamil. Dan ia berkata: “Semoga Allah memberi berkah atas rahmat yang kamu terima.”

Selanjutnya malaikat itu mendatangi Si buta dan bertanya: “Apakah yang paling kamu inginkan?” Si buta menjawab: “Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat orang.” Malaikat itu lantas mengusap Si buta dan Allah mengembalikan penglihatannya. Malaikat itu bertanya lagi: “Harta apakah yang paling kamu senangi?” Si buta menjawab: “Kambing.” Kemudian ia diberi kambing yang sedang hamil.
Beberapa tahun kemudian, unta, sapi dan kambing berkembang biak yang akhirnya unta itu memenuhi suatu lapangan, demikian pula dengan sapi dan kambing. Kemudian malaikat tadi datang kepada Si belang dengan menyerupai orang yang berpenyakit belang seperti keadaan Si belang waktu itu, dan berkata: “Aku adalah orang miskin, yang kehabisan bekal di tengah-tengah perjalanan. Sampai hari ini tidak ada yang mau memberi pertolongan kepadaku kecuali Allah. Aku harap kamu mau memberi pertolongan. Aku benar-benar minta pertolongan kepadamu dengan menyebut yang telah memberi kamu paras yang tampan dan kulit yang halus serta harta kekayaan, dan aku minta seekor unta untuk bekal di dalam melanjutkan perjalananku.” Si belang berkata: “Hak-hak yang harus aku berikan masih banyak. Aku tidak bisa membekali apa-apa.” Malaikat itu berkata: “Kalau tidak salah aku kenal dengan kamu. Bukankah kamu dulu orang yang berpenyakit belang sehingga orang-orang lain merasa jijik kepadamu. Bukankah kamu dulu orang miskin kemudian Allah memberi rahmat kepadamu?” Si belang berkata: “Harta kekayaanku ini adalah dari nenek moyang.” Malaikat itu berkata: “Jika kamu berdusta, semoga Allah mengembalikanmu seperti keadaan semula.” Kemudian malaikat itu datang kepada Si botak seperti keadaan Si botak waktu itu, dan berkata seperti yang dikatakan pada si Belang. Si botak juga menjawab seperti jawaban Si belang. Kemudian malaikat itu berkata: “Jika kamu berdusta semoga Allah mengembalikanmu seperti semula.”

Malaikat tadi terus ke tempat Si buta dengan menyerupai orang yang buta seperti keadaan Si buta waktu itu, dan ia berkata: “Aku adalah orang miskin yang kehabisan bekal di tengah-tengah perjalanan dan sampai hari ini tidak ada yang mau memberi pertolongan kepadaku kecuali Allah. Aku berharap mudah-mudahan kamu mau memberi pertolongan. Aku benar-benar minta pertolongan kepadamu dengan menyebut yang telah mengembalikan penglihatanmu dan aku minta satu ekor kambing untuk bekal di dalam melanjutkan perjalanan aku.” Si buta berkata: “Aku dahulu adalah orang buta kemudian Allah mengembalikan penglihatan aku. Maka ambillah apa yang kamu inginkan dan tinggalkanlah apa yang tidak kamu senangi. Demi Allah sekarang aku tidak akan memberatkan sesuatu kepadamu yang kamu ambil karena Allah Yang Maha Agung.” Malaikat itu berkata: “Peliharalah harta kekayaanmu, sebenarnya kamu hanyalah diuji dan Allah benar-benar ridha kepadamu dan Allah telah memurkai kedua kawanmu.” (HR. Bukhari no.3464 dan Muslim no.2964)

Senin, 06 Mei 2013

Muroqobah - Perbedaan Orang yang Cerdik dan Orang yang Kerdil menurut Rasulullah SAW


Dari Abu Dzar bin Jundah dan Abu Abdurrahman Muadz bin Jabal ra., dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:
“Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada. Tutuplah kejelekan itu dengan amal kebaikan, niscaya kebaikan tadi akan menghapus kejelekan dan gaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” (HR. Tirmidzi no.1987)

Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata: Pada suatu ketika aku berada di belakang Nabi SAW, kemudian beliau bersabda:
“Hai anak kecil, aku akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat, yaitu: Jagalah (perintah) Allah, niscaya ia akan menjaga dirimu. Jagalah (larangan) Allah niscaya kamu dapati Allah selalu dihadapanmu. Jika kamu minta pertolongan maka mintalah pertolongan kepada Allah. Dan ketahuilah, jika umat manusia bersatu untuk memberikan manfaat (kebaikan) kepadamu niscaya mereka tidak akan dapat melakukan hal itu kepadamu kecuali dengan sesuatu yang telah ditentukan Allah kepadamu. Dan jika mereka bersatu hendak mencelakakan dirimu, niscaya mereka tidak akan dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang ditentukan Allah padamu. Telah diangkat pena dan telah keringlah (tinta) lembaran-lembaran itu.” (HR. Tirmidzi no.2516)
Dalam riwayat selain Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda: “Peliharalah (perintah) Allah niscaya kamu akan menemui-Nya di hadapanmu. Hendaklah kamu mengingat Allah di waktu lapang (senang), niscaya Allah akan mengingatmu di waktu susahmu. Ketahuilah, sesungguhnya sesuatu yang seharusnya luput mengenaimu, tentulah sesuatu itu tidak akan mengenaimu. Ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu disertai kesabaran, kesenangan itu ada kesudahan dan sesudah kesulitan pasti ada kemudahan.”

Dari Anas ra., ia berkata:
“Sesungguhnya kalian sekarang melakukan perbuatan-perbuatan yang sangat mudah, padahal pada masa Rasulullah SAW perbuatan-perbuatan semacam itu kami anggap termasuk hal-hal yang merusak agama.” (HR. Bukhari no. 6492)

Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu cemburu; dan cemburunya Allah Ta’ala yaitu, apabila ada seseorang yang melakukan perbuatan-perbuatan yang diharamkan-Nya.” (HR. Bukhari no.5223 dan Muslim no.2761)

Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda:
Orang yang cerdik adalah orang yang selalu menjaga dirinya dan beramal untuk bekal sesudah mati. Sedangkan orang yang kerdil yaitu orang yang hanya mengikuti hawa nafsunya namun ia mengharapkan berbagai harapan kepada Allah.” (HR. Tirmidzi no.2459)

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Termasuk kesempurnaan Islam seseorang, apabila ia meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat bagi dirinya.” (HR. Tirmidzi no.2317, Ahmad no.1734)

Dari Umar ra. Dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Seorang suami tidak akan ditanya mengapa ia memukuli isterinya.” (HR. Abu Daud no.2147, Ibnu Majah no.1986)

Muroqobah - Merasa Selalu Diawasi Allah - Islam, Iman, Ihsan dan Hari Kiamat

Allah SWT. Berfirman, yang artinya:
“Yang melihat kamu ketika kamu berdiri (untuk shalat), dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.” (Asy-Syu’ara:218-219)

“Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada.” (Al-Hadid:4)

“Sesungguhnya bagi Allah tidak ada satu pun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) langit.” (Ali Imran:5)

“Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.” (Al-Fajr:14)

“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati.” (Ghafir:19)



Dari Umar bin Khaththab ra., ia berkata:
“Ketika kami sedang duduk didekat Rasulullah SAW tiba-tiba muncul seorang lelaki berpakaian putih, berambut hitam pekat, bekas jalannya tidak terlihat dan tidak seorangpun diantara kami mengenalinya. Ia duduk menghadap beliau SAW, lalu menyandarkan kedua lututnya ke lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua paha Nabi, seraya berkata: ‘Wahai Muhammad, terangkan kepadaku tentang Islam!’ Rasulullah SAW menjawab: ‘Islam adalah hendaknya kamu bersaksi tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, memberikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan melakukan ibadah haji ke Baitullah jika memenuhi syaratnya.’ Ia berkata: ‘Engkau benar!’ Kami keheranan karenanya, dia bertanya namun membenarkannya.”

Lebih lanjut ia berkata: “Sekarang terangkanlah kepadaku tentang Iman!” Rasulullah SAW menjawab: “Yaitu kamu beriman kepada Allah, kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya dan hari akhir, serta kamu beriman kepada baik dan jeleknya taqdir.” Ia berkata: “Engkau benar.” Selanjutnya terangkan kepadaku tentang ihsan! Rasulullah SAW menjawab: “Yaitu hendaknya engkau beribadah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya. Ketahuilah, bahwa Dia selalu melihatmu.” Orang itu kembali bertanya: “Beritahukan kepadaku kapan terjadinya hari kiamat?” Rasulullah SAW menjawab: “Tidaklah orang yang bertanya lebih mengetahui daripada yang ditanya.” Orang itu berkata lagi: “Kalau begitu beritahukanlah tanda-tanda (terjadinya) hari kiamat!” Rasulullah SAW menjawab: “Yaitu apabila budak wanita melahirkan bayi wanita yang akan menjadi majikannya dan kamu akan melihat orang yang asalnya tidak bersandal, telanjang, papa, penggembala kambing, menjadi orang-orang yang saling berlomba meninggikan bangunan rumahnya.”


Kemudian orang itu berlalu. Kami terdiam beberapa saat. Lalu Rasulullah SAW bertanya: “Hai Umar, tahukah kamu siapa yang bertanya tadi?” Umar menjawab: “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Rasulullah SAW memberitahukan: “Dia adalah Jibril. Ia datang untuk mengajari kalian tentang agama Islam.” (HR. Muslim no.8)

Minggu, 05 Mei 2013

Jujur - Memberikan Ketenangan

Allah SWT berfirman, yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.” (At-Taubah:119)

“Laki-laki dan perempuan yang benar.” (Al-Ahzab:35)

“Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yag demikian itu lebih baik bagi mereka.” (Muhammad:21)


Dari Ibnu Mas’ud ra., dari Nabi SAW, beliau bersabda:
“Sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa ke surga. Seseorang akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu membawa ke neraka. Seseorang akan selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari no.6094 dan Muslim no.1743)

Dari Abu Muhammad Al Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra., ia berkata:
Aku menghafal beberapa kalimat dari Rasulullah SAW, yaitu : “Tinggalkanlah apa yang kamu ragukan dan kerjakanlah apa yang tidak kamu ragukan. Sesungguhnya jujur itu menimbulkan ketenangan dan dusta itu menimbulkan kebimbangan.” (HR. Tirmidzi no.25)

Dari Abu Sufyan Shahr bin Harb ra., di dalam hadistnya yang panjang tentang cerita pertanyaan Heraklius kepadanya: “Apa saja yang diperintahkan oleh Nabi SAW kepada kamu?” Abu Sufyan berkata: “Nabi SAW bersabda: ‘Sembahlah Allah Yang Maha Esa dan janganlah engkau menyekutukan apapun dengan-Nya, tinggalkanlah ajaran-ajaran nenek moyangmu.’ Beliau juga menyuruh kami untuk melaksanakan sholat, jujur, pemaaf dan menghubungkan sanak kerabat.” (HR. Bukhari no.7 dan Muslim no.1773)

Dari Abu Tsabit, (Abu Sa’id atau Abul Walid Sahl bin Hunaif), ia adalah orang yang ikut perang Badar. Menurut beliau, Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa yang benar-benar mohon untuk mati syahid kepada Allah Ta’ala niscaya Allah akan mengabulkan ke tingkat orang yang mati syahid walaupun ia mati di atas tempat tidur.” (HR. Muslim no.1909)

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Ada salah seorang diantara para nabi sewaktu akan berangkat perang, ia berpesan kepada kaumnya: ‘Janganlah mengikuti kami, yaitu orang yang baru kawin, sedangkan ia belum berkumpul dengan isterinya. Orang membangun rumah, sedangkan ia belum selesai membangunnya. Dan janganlah mengikuti kami orang yang baru membeli kambing atau unta, dan ia menunggu kelahiran anaknya.’ Kemudian Nabi berangkat berperang dan ketika mendekati sebuah dusun kira-kira menjelang Nabi itu berkata kepada Matahari: ‘Wahai Matahari, sesungguhnya kamu diperintah dan aku pun diperintah. Ya Allah, tahanlah ia untuk membantu kami.’ Maka tertahanlah matahari itu, sehingga Allah memberi kemenangan kepada Nabi itu. Kemudian Nabi itu mengumpulkan barang-barang rampasan perang dan mendatangkan api untuk memakannya, namun api itu tidak mau memakannya. Oleh karenanya Nabi itu bersabda: ‘Sesungguhnya ada diantara kalian yang tidak ikhlas, maka setiap kelompok harus mengirimkan seorang pria untuk berbai’at kepadaku.’ Kemudian melekatlah tangan dua atau tiga orang dengan tangan Nabi, maka beliau bersabda: ‘Kalianlah yang tidak ikhlas.’ Orang-orang itu lalu membawa emas sebesar kepala sapi kemudian diletakkan di hadapan Nabi dan datanglah api, memakan emas tadi. Barang-barang rampasan perang belum dihalalkan bagi seseorang sebelum kami. Kemudian Allah melihat kelemahan kami, karena itu Allah menghalalkan barang rampasan itu bagi kami.” (HR. Bukhari no.3124 dan Muslim no.1747)

Dari Abu Khalid Hakim bin Hizam ra., ia masuk Islam sewaktu pembukaan kota Makkah, sedangkan ayahnya termasuk tokoh Quraisy, baik di zaman Jahiliyah maupun setelah masuk Islam, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Dua orang yang berjual beli itu haruslah bebas memilih sebelum mereka berpisah. Apabila keduanya jujur dan berterus terang di dalam berjual beli, maka keduanya akan mendapatkan berkah. Tetapi apabila keduanya menyembunyikan dan dusta, maka jual belinya itu tidak akan membawa berkah.” (HR. Bukhari no.2079 dan Muslim no.1747)

Sabar - Sehingga menghadap Allah Ta'ala Tanpa Membawa Dosa

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Orang mukmin, baik pria maupun wanita, senantiasa mendapatkan cobaan, baik dirinya, anaknya, maupun hartanya sehingga ia menghadap Allah Ta’ala tanpa membawa dosa.” (HR. Tirmidzi no.2399)

Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata:
Ketika Uyainah bin Hishn datang, ia menginap di tempat keponakannya Al hurr bin Qais, ia termasuk orang yang dekat dengan Umar ra. Dan Umar memang mengangkat orang-orang yang pandai di dalam Al-Qur’an sebagai kawan duduk dan kawan bermusyawarah, baik tua maupun muda. Uyainah berkata kepada keponakannya: “Wahai keponakanku kamu adalah orang yang dekat dengan Amirul Mukminin, maka mintakan izin agar aku dapat menghadap kepadanya!” Kemudian keponakannya meminta izin, Umar pun mengizinkan.
Ketika Uyainah masuk ia berkata: “Wahai putra Al-Khaththab, demi Allah kamu tidak berbuat banyak kepada kami dan kamu tidak adil didalam mengadili kami.” Maka marahlah Umar dan hampir saja Umar memukulnya. Kemudian Al-Hurr berkata kepada Umar: “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman kepada Nabi-Nya SAW: ‘Berikanlah maaf, suruhlah untuk berbuat baik dan janganlah kamu hiraukan orang-orang yang bodoh.’ (Al-A’raf:198)”
Dan sebenarnya orang ini adalah termasuk orang yang bodoh. Demi Allah, ketika ayat ini dibaca, Umar seakan-akan belum pernah mendengarnya, padahal Umar adalah orang yang sangat teliti terhadap kitab Allah Ta’ala.” (HR. Bukhari no.4642)

Dari Ibnu Mas’ud ra., Rasulullah SAW bersabda:
“Setelah aku meninggal akan ada orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan ada pula hal-hal yang diingkarinya.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasululla, apa yang harus kami lakukan?” Beliau menjawab: “Kamu harus menyampaikan kebenaran yang kamu ketahui dan memohonlah kepada Allah agar mendapatkan hakmu.” (HR. Bukhari no.3603 dan 1845 dan Muslim)

Dari Abu Yahya Usaid bin Hudhair ra., ia berkata:
Ada seorang sahabat Anshor bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa kamu tidak meperkerjakanku sebagaimana kamu telah memperkerjakan si fulan?” Beliau menjawab: “Sesungguhnya sepeninggalku nanti kamu akan mendapatkan orang yang suka mementingkan diri sendiri maka bersabarlah kamu sampai bertemu denganku di dekat Telaga Kautsar.” (HR. Bukhari no.3792 dan Muslim no.1845)

Dari Abu Ibrahim Abdullah bin Abi Aufa ra., dikatakan kali tertentu:
Rasulullah SAW menanti kedatangan musuh sehingga matahari tergelincir, maka bangkitlah beliau ditengah-tengah para sahabat seraya bersabda: “Wahai manusia, janganlah kalian berharap bertemu dengan musuh dan mintalah selalu pengampunan-Nya, serta sabarlah. Ketahuilah, bahwa surga itu di bawah naungan pedang.”
Kemudian Nabi SAW berdoa: “Ya Allah, yang menurunkan Kitab, yang menjalankan awan, dan yang mengalahkan musuh, kalahkanlah mereka dan tolonglah kami untuk mengalahkan mereka.” (HR. Bukhari no.2966 dan Muslim no.1742)

Sabar - Kisah Abu Thalhah dan Ummu Sulaim

Dari Anas ra., ia berkata:
“Abu Thalhah mempunyai anak yang sedang sakit. Sewaktu Abu Thalhah pergi, anaknya meninggal dunia. Ketika Abu Thalhah pulang. Ia bertanya: “Bagaimana kondisi anak kita?” Ummu Sulaim menjawab: “Anak kita lebih tenang.” Kemudian istrinya menghidangkan makanan lalu Abu Thalhah pun makan. Selesai makan, istrinya berkata: “Kuburkanlah anak itu!” Kemudian pada pagi harinya, Abu Thalhah datang kepada Rasulullah SAW dan menceritakan hal itu. Beliau bertanya: “Apakah tadi malam kamu bercampur dengan istrimu?” Abu Thalhah menjawab: “Ya.” Kemudian Rasulullah SAW mendoakan keduanya: “Ya Allah, mudah-mudahan Engkau memberkahi keduanya.” Beberapa bulan kemudian, istrinya melahirkan bayi laki-laki. Kemudian Abu Thalhah menyuruhku (Anas) untuk membawa bayi itu kepada Nabi SAW dengan menyertakan beberapa kurma.”

Setelah sampai di hadapan Nabi SAW, beliau bertanya: “Adakah sesuatu yang disertakan bersama bayi ini?” Ia menjawab: “Ya, beberapa buah kurma.” Beliau mengambil kurma-kurma itu, dan dikunyah sampai halus, kemudian diambil kembali dari mulut beliau lalu dimasukkannya ke dalam mulut bayi itu. Ia diberi nama Abdullah. (HR. Bukhari no.5470 dan Muslim no.2144)

Didalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari disebutkan, Ibnu Uyainah berkata: Ada seorang sahabat Anshor yang berkata: “Aku melihat kesembilan anak yang kesemuanya telah pandai membaca Al-Quran. Salah seorang diantaranya adalah Abdullah.”

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim, disebutkan: “Sewaktu anak Abu Thalhah dari Ummu Sulaim meninggal dunia, Ummu Sulaim berkata kepada segenap keluarganya: ‘Janganlah kalian menceritakan peristiwa anakku kepada Abu Thalhah sebelum aku sendiri menceritakannya.’ Setelah Abu Thalhah datang, istrinya segera menghidangkan makan, maka makan dan minumlah Abu Thalhah, setelah itu isterinya mengajak bercanda sehingga bersetubuh dan memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya. Setelah istrinya tahu bahwa suaminya telah kenyang dan puas, maka berkatalah Ummu Sulaim: ‘Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu seandainya ada sekelompok orang yang meminjamkan sesuatu kepada salah satu keluarga kemudian orang itu meminta kembali pinjamannya, apakah pantas keluarga itu menolaknya?’ Abu Thalhah menjawab: ‘Tidak pantas’ Isterinya berkata: ‘Relakan putramu’ Abu Thalhah marah-marah seraya berkata: ‘Kenapa kamu diam saja sejak tadi sehingga aku bersetubuh denganmu, barulah kamu memberitahu tentang anak kita?’ Kemudian Abu Thalhah pergi dan datang kepada Rasulullah SAW serta menceritakan apa yang terjadi. Kemudian Rasulullah SAW bersabda: ‘Semoga Allah memberkahi apa yang telah kalian lakukan tadi malam.’”


Beberapa bulan kemudian isterinya hamil. Setelah itu Rasulullah SAW bepergian bersama-sama Abu Thalhah dan isterinya. Ketika kembali dan akan masuk kota Madinah, Ummu Sulaim tidak bisa melanjutkan perjalanan. Abu Thalhah berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya aku sangat senang kalau keluar masuk kota bersama dengan Rasulullah SAW namun sewaktu aku akan masuk kota, ditahan disini sebagaimana Engkau ketahui.” Kemudian Ummu Sulaim berkata: “Wahai Abu Thalhah, rasa sakit perutku kini hilang, maka mari kita berjalan terus.” Dan mulai terasa kembali sakit perutnya ketika telah masuk kota Madinah. Di sanalah kemudian Ummu Sulaim melahirkan seorang bayi laki-laki, dan ia berkata: “Janganlah ada seorang pun yang menyusuinya sebelum kamu bawa kepada Rasulullah SAW.” Maka pada pagi harinya aku membawa bayi itu ke hadapan Rasulullah SAW kemudian Rasulullah menyuapkan makanan yang telah dikunyah dan bayi itu diberi nama “Abdullah”.

Sabtu, 04 Mei 2013

Sabar, Berikanlah Maaf, Suruhlah Untuk Berbuat Baik

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Orang mukmin, baik pria maupun wanita, senantiasa mendapatkan cobaan, baik dirinya, anaknya, maupun hartanya sehingga ia menghadap Allah Ta’ala tanpa membawa dosa.” (HR. Tirmidzi no.2399)

Dari Ibnu Abbas ra., ia berkata:
Ketika Uyainah bin Hishn datang, ia menginap di tempat keponakannya Al hurr bin Qais, ia termasuk orang yang dekat dengan Umar ra. Dan Umar memang mengangkat orang-orang yang pandai di dalam Al-Qur’an sebagai kawan duduk dan kawan bermusyawarah, baik tua maupun muda. Uyainah berkata kepada keponakannya: “Wahai keponakanku kamu adalah orang yang dekat dengan Amirul Mukminin, maka mintakan izin agar aku dapat menghadap kepadanya!” Kemudian keponakannya meminta izin, Umar pun mengizinkan.
Ketika Uyainah masuk ia berkata: “Wahai putra Al-Khaththab, demi Allah kamu tidak berbuat banyak kepada kami dan kamu tidak adil didalam mengadili kami.” Maka marahlah Umar dan hampir saja Umar memukulnya. Kemudian Al-Hurr berkata kepada Umar: “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah Ta’ala telah berfirman kepada Nabi-Nya SAW: ‘Berikanlah maaf, suruhlah untuk berbuat baik dan janganlah kamu hiraukan orang-orang yang bodoh.’ (Al-A’raf:198)”
Dan sebenarnya orang ini adalah termasuk orang yang bodoh. Demi Allah, ketika ayat ini dibaca, Umar seakan-akan belum pernah mendengarnya, padahal Umar adalah orang yang sangat teliti terhadap kitab Allah Ta’ala.” (HR. Bukhari no.4642)

Dari Ibnu Mas’ud ra., Rasulullah SAW bersabda:
“Setelah aku meninggal akan ada orang yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan ada pula hal-hal yang diingkarinya.” Para sahabat bertanya: “Wahai Rasululla, apa yang harus kami lakukan?” Beliau menjawab: “Kamu harus menyampaikan kebenaran yang kamu ketahui dan memohonlah kepada Allah agar mendapatkan hakmu.” (HR. Bukhari no.3603 dan 1845 dan Muslim)

Dari Abu Yahya Usaid bin Hudhair ra., ia berkata:
Ada seorang sahabat Anshor bertanya: “Wahai Rasulullah, mengapa kamu tidak meperkerjakanku sebagaimana kamu telah memperkerjakan si fulan?” Beliau menjawab: “Sesungguhnya sepeninggalku nanti kamu akan mendapatkan orang yang suka mementingkan diri sendiri maka bersabarlah kamu sampai bertemu denganku di dekat Telaga Kautsar.” (HR. Bukhari no.3792 dan Muslim no.1845)

Dari Abu Ibrahim Abdullah bin Abi Aufa ra., dikatakan kali tertentu:
Rasulullah SAW menanti kedatangan musuh sehingga matahari tergelincir, maka bangkitlah beliau ditengah-tengah para sahabat seraya bersabda: “Wahai manusia, janganlah kalian berharap bertemu dengan musuh dan mintalah selalu pengampunan-Nya, serta sabarlah. Ketahuilah, bahwa surga itu di bawah naungan pedang.”
Kemudian Nabi SAW berdoa: “Ya Allah, yang menurunkan Kitab, yang menjalankan awan, dan yang mengalahkan musuh, kalahkanlah mereka dan tolonglah kami untuk mengalahkan mereka.” (HR. Bukhari no.2966 dan Muslim no.1742)

Sabar - Hadis Tentang Menahan Marah

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah SAW bersabda:
“Yang dikatakan orang kuat bukanlah orang yang menang bertarung. Tetapi, yang dikatakan orang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika sedang marah.” (HR. Bukhari no.6114 dan Muslim no.2609)

Dari Sulaiman bin Shurad ra., ia berkata:
“Aku duduk bersama Nabi SAW, tiba-tiba ada dua orang yang saling memaki, salah seorang diantara mereka merah mukanya dan pertikaian hampir terjadi, kemudian Rasulullah SAW bersabda: ‘Sesungguhnya aku mengetahui sebuah kalimat, apabila kalimat itu dibaca niscaya hilanglah apa yang sedang terjadi, yaitu apabila ia membaca: A’UUDZU BILLAAHI MINASYSYAITHAANIRRAJIIM (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk), niscaya hilanglah apa yang sedang terjadi.’ Maka para sahabat mengatakan kepada orang yang sedang bertengkar itu: ‘Sesungguhnya Nabi SAW menyuruh kalian supaya berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk.’” (HR. Bukhari no.6048 dan Muslim no.2610)

Dari Mu’adz bin Anas ra., Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa yang mampu menahan marah padahal sebenarnya ia bisa untuk melampiaskannya, maka pada hari kiamat Allah SWT akan memanggilnya di hadapan para makhluk, kemudian ia diminta untuk memilih bidadari yang cantik jelita sesuai dengan yang diinginkannya.” (HR. Abu Daud no.4777 dan Tirmidzi no.2031)

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
Ada seorang berkata kepada Nabi SAW: “Nasihatilah aku!” Beliau bersabda: “Janganlah kamu marah!” Orang itu berkali-kali minta nasihat kepada Nabi SAW, namun Nabi SAW, tetap menjawabnya: “Janganlah kamu marah!” (HR. Bukhari no.6116)

Sabar - 3

Dari Aisyah ra., ia bertanya kepada Rasulullah SAW tentang wabah penyakit yang tersebar di seluruh negeri. Kemudian beliau memberitahu, bahwa wabah itu merupakan siksaan yang ditimpakan oleh Allah Ta'ala kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, namun Allah Ta'ala menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman, maka seseorang yang tetap tinggal pada suatu daerah yang kejangkitan wabah dan ia sabar serta hanya memohon kepada Allah kemudian sadar bahwa ia tidak akan tertimpa wabah kecuali Allah akan menakdirkannya, maka ia mendapat pahala seperti pahalanya orang yang mati syahid. (HR. Bukhari no.5734)


Dari Anas ra., ia berkata:
Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman: ’Apabila aku menguji salah seorang hamba-Ku dengan kebutaan pada kedua matanya kemudian ia sabar, maka Aku akan menggantikannya dengan surga’.” (HR. Bukhari no.5653)

Dari Atha’ bin Abi Rabah, ia berkata:
Ibnu Abbas ra. Berkata kepadaku: “Maukah aku tunjukkan seorang wanita yang termasuk ahli surga?” Aku menjawab tentu saja aku mau. Ia berkata: “Ada wanita berkulit hitam yang pernah datang kepada Nabi SAW, waktu itu berkata: ‘Sesungguhnya aku mempunyai penyakit ayan, dan auratku terbuka karenanya; oleh karena itu mohonkanlah kepada Allah agar penyakit aku sembuh.’ Beliau kemudian bersabda: ‘Apabila kamu mau sabar maka kamu akan masuk surga, dan apabila kamu tetap meminta maka aku pun akan berdoa kepada Allah agar kamu sembuh dari penyakitmu.’ Wanita itu menjawab: ‘Kalau begitu aku akan bersabar.’ Kemudian wanita itu berkata lagi: ‘Sesungguhnya auratku terbuka, oleh karena itu, mohonkanlah kepada Allah agar auratku tidak terbuka.’ Maka Nabi pun berdoa untuknya agar auratnya tidak terbuka” (HR. Bukhari no.5652 dan Muslim no.IV/1994)

Dari Abi Abdurrahman bin Abdillah bin Mas’ud ra., ia berkata:
Seakan-akan aku masih melihat Rasulullah SAW, sewaktu menceritakan salah seorang dari para Nabi ketika dipukuli kaumnya sehingga berlumuran darah, dan ia mengusap darah dari mukanya sambil berdoa: “Ya Allah, ampunilah kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui.” (HR. Bukhari  no.3477 dan Muslim no.1792)

Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah ra., dari Nabi SAW, ia bersabda:
“Seorang muslim yang tertimpa kecelakaan, kemelaratan, kegundahan, kesedihan, kesakitan, maupun kedukacitaan, sampai ia tertusuk duri niscaya Allah akan mengampuni dosanya sesuai apa yang menimpanya.” (HR. Bukhari no. 5642 dan Muslim no.2573)

Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata:
Aku masuk ke tempat Nabi SAW, waktu itu beliau sedang sakit panas. Kemudian aku berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau benar-benar menderita sakit yang sangat panas.” Beliau memberitahukan: “Benar, sakit panas yang aku derita ini dua kali lipat lebih panas dari yang biasa diderita kalian.” Aku bertanya: “Kalau begitu engkau mendapat pahala dua kali lipat?” Beliau menjawab: “Benar, memang demikianlah keadaannya. Seorang muslim yang tertimpa suatu kesakitan, baik itu tertusuk duri maupun lebih dari itu, niscaya Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya dan menghapus dosa-dosanya sebagaimana daun-daun yang berguguran dari pohon.” (HR. Bukhari no.5648 dan Muslim no.2571)

Dari Anas ra., ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah salah seorang dari kalian menginginkan mati karena tertimpa kesulitan. Seandainya terpaksa harus berbuat demikian, maka ucapkanlah: ‘Ya Allah, biarkanlah aku hidup apabila hidup lebih baik bagiku, dan matikanlah aku apabila mati itu lebih baik bagiku.’” (HR. Bukhari no.5671 dan Muslim)

Dari Abu Hurairah ra., ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang dikehendaki Allah menjadi orang baik, maka diberikan cobaan kepadanya.” (HR. Bukhari no.5648)

Dari Abu Abdillah Khabbab bin Art, ia berkata:
Kami mengadu kepada Rasulullah SAW. Saat beliau sedang menggunakan sorbannya untuk alas di bawah lindungan Ka’bah. Kami bertanya: “Apakah engkau tidak memintakan pertolongan buat kami? Apakah engkau tidak mendoakan kami?” Beliau menjawab: “Orang-orang sebelum kalian, ada yang ditanam hidup-hidup, digergaji dari atas kepalanya sehingga tubuhnya terbelah dua dan ada pula seseorang yang disisir dengan sisir besi sehingga mengenai daging kepalanya, yang demikian itu tidak menggoyahkan agama mereka. Demi Allah, Allah pasti akan mengembangkan agama Islam ini hingga merata si Shan’a sampai ke Hadramaut dan masing-masing dari mereka tidak takut melainkan hanya kepada Allah, melebihi takutnya kambing terhadap serigala. Tetapi kalian sangat tergesa-gesa.” (HR. Bukhari no.3612)
Dalam satu riwayat disebutkan: “Beliau sedang berbantalkan sorbannya sedangkan kami baru saja bertemu dengan orang-orang musyrik yang menyiksa kami dengan siksaan yang sangat berat.”

Dari Ibnu Mas’ud ra., ia berkata:
“Setelah perang Hunain Rasulullah SAW mendahulukan orang-orang yang terkemuka di dalam membagi rampasan perang. Beliau memberikan masing-masing seratus unta kepada Al-Aqra’ bin Habis dan kepada ‘Uyainah bin Hishn. Dalam pembagian rampasan perang pada beberapa hari itu, yang didahulukan oleh beliau beberapa pemuka Arab. Ada seorang pria yang berkata: ”Demi Allah, sesungguhnya pembagian rampasan perang ini tidak adil dan nampaknya semata-mata bukan karena Allah.” Maka aku berkata: “Demi Allah, aku akan menyampaikan hal ini kepada Rasulullah SAW.”
Kemudian aku datang kepada beliau dan menceritakan apa yang dikatakan oleh pria tadi. Tiba-tiba berubahlah wajah beliau menjadi marah, kemudian bersabda: “Siapakah yang adil bila Allah dan Rasul-Nya dianggap tidak adil?” Beliau bersabda lagi: “Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat kepada Nabi Musa karena beliau telah disakiti hatinya melebihi diriku, namun beliau tetap sabar.” Aku berkata: “Tidak apa-apa, aku tidak menyampaikan berita semacam itu lagi kepada beliau sesudah peristiwa itu.” (HR. Bukhari no.3150 dan Muslim no1062)

Dari Anas ra., ia berkata:

Rasulullah SAW bersabda: “Apabila Allah menghendaki hamba-Nya menjadi orang yang baik, maka ia menyegerakan siksaannya di dunia, dan apabila Allah menghendaki hamba-Nya menjadi orang jahat, maka ia menangguhkan balasan dosanya sehingga Allah akan menuntutnya pada hari kiamat.” Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung besarnya ujian. Apabila Allah Ta’ala mencintai suatu bangsa, maka Allah akan menguji mereka. Sehingga siapa saja yang ridha, maka Allah akan meridhainya dan siapa saja yang murka, maka Allah akan memurkainya.” (HR. Tirmidzi no.2396)