Rasulullah saw bersabda “Orang pintar adalah orang yang
selalu memuliakan dirinya dan beramal demi kepentingan hidup sesudah mati.”
Perbanyaklah mengingat kematian dan merenungkannya, apa
bekal yang sudah kita persiapkan untuk menghadapi kematian yang dapat datang
secara tiba-tiba, sedangkan kita sedang dalam keadaan lalai.
“Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan
mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya).” (al-anbiyaa’:1)
Sesungguhnya seseorang yang sudah tenggelam dengan
kesenangan duniawi dan mencintai dunianya bahkan ia takut kehilangan dunianya,
takut kehilangan hartanya, jabatannya, kekuasaannya maka hatinya akan lalai dan
lupa dari mengingat kematian.
“Katakanlah: Sesungguhnya maut yang kalian lari darinya itu
pasti akan mendapati kalian, lalu kalian semua akan dikembalikan kepada Yang
Maha Mengetahui segala yang gaib dan yang nyata. Kemudian Dia akan
memberitahukan kepada kalian apa-apa yang telah kalian lakukan.”(al-Jumu’ah:8)
Manusia terbagi menjadi tiga golongan:
1.
Golongan yang tenggelam dalam urusan duniawi
2.
Golongan yang bertobat
3.
Golongan yan ‘arif
Golongan pertama merupakan golongan yang benar-benar
mencintai dunianya, mengejar cita-cita dunia, banyak berangan-angan sehingga
tidak akan ingat pada kematian. Apabila ingat mati, golongan ini akan mengingat
kematian sambil meratapi dunia yang sudah ia kejar dan angan-angankan. Golongan
ini akan semakin jauh dari Allah.
Golongan kedua akan banyak mengingat mati, sehingga dengan
mengingat kematian akan membangkitkan rasa takut dan gentar di hatinya,
sehingga akan menyempurnakan tobatnya. Golongan bertobat ini akan takut dengan
datangnya kematian, tetapi takutnya ini disebabkan karena ia khawatir ketika
kematian datang tobatnya belum sempurna, ia takut bekalnya belum cukup untuk
kehidupan akhirat, sehingga ia takut mati bukan karena tidak suka bertemu
dengan Allah melainkan ia takut ketika bertemu dengan Allah dalam keadaan
lalai.
“Barangsiapa tidak suka bertemu dengan Allah, maka Allah pun
tidak suka bertemu dengannya.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Golongan ketiga, merupakan golongan yang senantiasa
mengingat kematian. Baginya kematian merupakan waktu untuk bertemu dengan Sang
Kekasih yaitu Allah.
Menjelang kematian Hudzaifah al-Yamani mengatakan, “Sang
Kekasih datang kepada orang yang papa. Dan tidaklah beruntung orang yang baru
menyesal pada saat seperti itu. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa miskin lebih
aku sukai daripada kaya, sakit lebih aku sukai daripada sehat dan mati lebih
aku sukai daripada hidup, tolong mudahkanlah kematianku supaya aku bisa segera
bertemu dengan-Mu.”
Namun golongan yang lebih tinggi derajatnya menurut Imam
Al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin yaitu orang yang menyerahkan urusannya
kepada Allah Ta’ala, sehingga ia tidak memilih ingin tetap hidup atau segera
mati untuk dirinya. Sebab, segala sesuatu yang paling ia sukai ialah apa yang
disukai oleh Tuhannya. Golongan ini sudah meletakkan cinta dan kesetiannya yang
mendalam pada maqam atau tingkat kesempurnaan tawakal dan ridha sebagai target
akhir perjalanan hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar